Cara Kerja Bisnis Paytren

Seorang penulis buku, menulis buku. Diterbitkan oleh penerbit. Dan dipasarkan melalui perdagangan yang dikenal umum yaitu Toko Buku. Setelah buku itu diterbitkan, si penulis buku ini diberitahu, bahwa bukunya sudah ada di toko2 buku. Utamanya di toko2 buku besar.

Maenlah dia ke toko buku besar di kotanya. Apa daya, “sistem” toko buku, tidak mengenali penulis buku. Ia hanya mengenali pembeli buku. Pembeli yang “dikenali” pun, hanya yang benar2 beli, dan bayar. Yang hanya liat2, apalagi yang buka2 plastik, malahan ditegor.

Jika si toko buku tidak punya sistem Customer Service yang excellent, maka benar2 hanya pembeli yang beli buku, yang niscaya bakal diwongke.

Diwongke tuh maksudnya, diorangkan. Disenyumi, diterimakasihi, dilayani.

Si penulis melihat2 bukunya, membolak2in bukunya, senyumnya berkembang. Alhamdulillaah, buku saya terbit, katanya dalam hati.

Seorang pelayan melihatnya. “Ga jadi beli Pak?” Kata pelayan itu, sambil berusaha senyum.

Jawab si penulis, “Oh engga. Saya yang nulis koq malahan.”

Jawaban si pelayan, “Ooooohhh… Bapak yang nulis…”.

Segitu doang. Bener2 segitu doang. Ga lebih. Ga ada tawaran teh manis bagi penulis buku. Sebagai ungkapan terima kasih, sbb….. Sbb dengan izin Allah, buku2 penulis lah yang membuat pelayan itu bisa kerja, toko bisa buka. Tapi itulah… Si penulis itu ga dikenal oleh sistem jual beli biasa. Aapalagi 1 toko yang merasa diperlukan, bukan dia yang diperlukan.

Beruntung, alhamdulillaah, mayoritas penulis buku, ikhlas2. Mereka menulis untuk Allah. Dan menulis untuk menulis. Tidak berharap lebih.

Episode berikutnya, seorang pembeli. Ini seorang pembeli. Bukan lagi penulis. Ini pembeli.

Ada orang yang membeli buku si penulis tsb. Dan ternyata bagus. Dia senang bacanya. Bahkan dia referensikan kepada yang lain.

Dia aja ketika beli, ga dapat diskon. Kecuali “seadanya”. Aapalagi ketika “merefrensikan”. Tambah ga bakal dapat apa2 dari transaksi itu.

Memang penulis dapat royalti. Tapi itu dari penerbit. Dari percetakannya. Bukan dari toko buku. Semakin banyak yang terjual, akan semakin banyak royalti yang didapat. Tp ini tetap ga akan sebanding dengan “pendapatan” toko buku. Penulis biasanya dapat royalti 5-10% dari harga buku kotor. Sedang toko buku, dapat 40-50%. Agen2 kecil bisa dapat 20-30%.

Suatu hari, ia bahkan bukan cuma mempromosikan. Tapi mengajak kawannya ke toko buku besar. “Yuk, saya temenin beli buku saya…”

Sampe di kasir, ia yang nemani, ga beli, berdiri sejajar dengan kawannya yang pegang buku dan mau bayar. Posisinya, jelas bukan ngantri. Si penulis buku ini, yang mempromosikan, yang mereferensikan, bahkan nemani sampe ke kasir, malah ditegor kasir…

Apa kata kasir? “Pak, ngantri ya, maaf.” He he he, disangkanya, nyela. Padahal nemenin.

Begitulah. Sistem toko biasa, seperti toko buku tidak mengenal “terima kasih”. Apalagi bagi2 bonus, buat yang mereferensikan.

Beda dengan MLM. Beda dengan Multi Level Marketing. Beda konsep dan prinsip. Dibanding penjualan retail, yang kadang dikuasi grup besar. Dan dunia retail pun, sudah terkuasai pula oleh segelintir grup besar saja. Pasar yang demikian banyak, besar, jadi sekedar pasar.

Bukan pelaku. Tidak diajak ikut mencicipi. Seperti kasus penulis dan pembeli yang merefrensikan tadi.

Sayang, banyak MLM bodong. Yang memanfaatkan situasi dan keadaan. Padahal sesungguhnya ia Money Game. Gak lebih dari sekedar penipu. Kalo benar ia MLM murni, maka ia akan menguntungkan, mensejahterakan, memberi manfaat, di semua jenjangnya. Ga ada yang cuma jadi korban.

Bahkan, ketika membernya hanya member, ia akan mendapatkan banyak kemudahan mendapatkan produk.

Dunia MLM banyak cacat dengan kehadiran MLM money game. Tanpa ikhtiar, tanpa kerja. Hanya rayuan belaka.

Dari tweet contoh hari ini, andai buku tsb di-MLM-kan, maka kisahnya ga akan jadi begitu. Tapi syaratnya, ya MLM yang benar.

Sebenarnya, MLM itu sederhana. Pay-out/rabat, yang diberikan ke toko buku tsb, misal 40-50% tadi, dijadikan sistem berjenjang. Sekedar mereferensikan saja, apalagi bisa jadi stokis, jadi agen, maka ia akan dapat bahagian dari rabat yang tadinya “hanya” didapat oleh 1 toko saja.

Tentu ada pro kontra. Dan itu ya wajar saja. Bukan saja awal Ramadhan, dan Lebaran, he he he. Di banyak hal, banyak emang perbedaan. Karena itu, saya santai aja ketika memutuskan mendirikan, dan mengembangkan MLM e-Miracle. Air Miracle. Air kesehatan.

Ini bukan miracle yang selebaran loh ya. Itu mah penipuan. Ini saya produksi air kesehatan. Dengan izin Allah, jadi obat dan menjaga kesehatan. Sistem penjualannya, saya bikin berjenjang, dengan sistem MLM. Saya punya pandangan dan dasar prinsip yang berbeda. It’s not a moneygame.

Maka ketika pula saya munculin MLM lain, yang bergerak di bidang payment, yakni PayTren, saya pun tetap pada pendirian saya.

Sekarang, dunia pembayaran2/payment, listrik, dll, dah keliatan, ditelen pula oleh grup retail besar. Ga kebagian dah kita mah.

Belum lama, ada seorang ustadz cerita. Dia ngantri di loket kereta api. Bahkan di customer service. Ga dapat tiket. Disarankan untuk beli di salah 1 toko ritel. Eh, hanya beberapa menit, dapet. Langsungg diprint. Luar biasa.

PayTren, MLM yang bergerak di bidang payment. Semua orang bisa jadi agen pembayaran. Hanya dengan gadget yang dia pegang dan punya.

Keuntungan yang saya dapat, dari porsi persentasi yang didapat dari pembayaran2 tsb, itu yang saya MLM-kan. Jd pendapatan berjenjang.

Baik e-Miracle, maupun PayTren, bukan money game. Saya mencoba menjalankan MLM yang benar, yang lurus, yang ga maen2 dan bercanda.

Sekali lagi, kawan2 boleh berbeda pendapat. Fastabiqul khairat saja.

Hasil dari MLM e-Miracle, saya wakafkan 100%. Dan saya pengen, semua menikmati potensi jualan air dan macam2 produk kesehatan nantinya. Saya malah berharap, air yang sudah dikuasai asing, bisa direbut kembali. Kalau besar, e-Miracle saya amanahin untuk take-over air asing.

Balik lagi akhirnya soal niat, dan proses. Niat benar, proses benar, kenapa engga?

Benar2, jagan ampe salah di niat dan proses. Kalo perlu, kecap, garam, cabe/bumbu2, beras, sayur, buah, di-MLM-kan. Supaya pasarnya ga dikuasai dan dikendalikan segelintir orang.

Kembali ke buku, sebagai contoh awal produk. Sesungguhnya, penulis, bersama pembaca, bisa menikmati juga semua potensi ekonominya.

Apalagi bisnis2 yang sekarang ini telanjang diliat oleh mata, dikuasai benar oleh segelintir saja. Bangsa Indonesia, jadi pekerja saja. Tidak ikut menikmati potensi keuntungan, dan potensi ekonomi. Bahkan tidak jarang, dunia retail, nginjek2 supplier.

Bikin dah dari hulu ke hilirnya. Mulai dari proses tanam, hingga jual, MLM punya. Allahu akbar dah kalo emang benar jadi. MLM yang baik, ga akan nambah beban ke pembeli. Yang di-pay-out-kan, memang keuntungan yang wajar. Seperti contoh buku tadi, bila dijadikan MLM.

Dunia MLM juga, dunia silaturahim, belajar, mengajar, saling membesarkan. Bukan antara penjual dan pembeli, yang kering tanpa ruh.

SEGERA PASANG POSISI
HP/WHATSAPP: 085736673456
PIN BBM: 25C64A43 

Advertisement

0 komentar:

Post a Comment

Brosur paytren 2017

Brosur paytren 2017
Segera daftarkan No hp anda

Brosur paytren terbaru

Brosur paytren terbaru
info pendaftaran : 0857 3667 3456

Labels

 
Top