Sri Kusumaningrum, Menjadi Mahasiwi Mandiri Lewat paytren
Bagi Sri Kusumaningrum, menjadi mahasiwi mandiri bisa lewat apa saja, salah satunya menekuni bisnis PAYTREN. Mahasiswi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini, saat ini menekuni salah satu bisnis di samping menjalani perkuliahan di S1 Agribisnis di Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro.
Perempuan yang akrab disapa Naning ini lahir Blora, 21 Mei 1996 yang kini duduk di Undip. “Kegiatan saat ini yang tengah saya lakukan selain menempuh pendidikan S1 Agribisnis di Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro adalah melakukan kegiatan sampingan untuk mengisi waktu luang di sela-sela kegiatan perkuliahan,” ujar dia kepada Harian Jateng, Senin (16/11/2015).
Kegiatan sampingan mulai dari kepanitiaan, kata dia, pengabdian bahkan usaha. “Yap. Usaha oke kalo kepanitian ya acara yang ada di lingkup fakultas, kemudian untuk pengabdian iseng ikut program pemerintah yaitu UPSUS PAJALE, di mana mahasiswa menjadi pendamping petani dalam program swasembada. Nah, untuk usaha yang saya geluti hingga saat ini adalah PAYTREN,” tukas perempuan yang memiliki golongan darah B tersebut.
Perempuan yang lahir dari pasangan Sucipto dan Sri Purwanti ini, saat ini sedang menekuni bisnis PAYTREN yang bisa mengantarkannya dan membuat dirinya belajar menjadi mahasiswi mandiri.
Tekuni Bisnis PAYTREN
“PAYTREN merupakan sebuah aplikasi multypayment di mana konsep awalnya adalah mempermudah transaksi dengan biaya admin yang lebih murah tanpa ada tambahan biaya lainnya seperti halnya di loket atau outlet pembayaran tagihan seperti biasa,” beber perempuan asal Dukuh Ngrombo RT02 RW 01 Desa Randulawang, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora tersebut.
Paytren ini, kata Naning, dicetuskan idenya oleh Ustad Yusuf Mansur karena beliau melihat pesatnya pertumbuhan bisnis dibidang transaksi ini.
“Singkat cerita saya kenal PAYTREN dari FB, di mana sering muncul postingan tentang Paytren di hari Senin hingga Minggu dan akhirnya pun saya penasaran. Saya chek ternyata PAYTREN dapat digunakan di hp ANDROID, sedangkan posisi saat itu saya belum punya hp secanggih itu. Gak pikir panjang langsung ada niatan buat kumpulin uang sebagai modal beli HP tersebut,” ungkap mahasiswi yang kini tinggal di Jalan Tlogosari 28B Tembalang, Semarang tersebut.
Saya kerja, kata dia, sebagai mahasiswa pendamping yang lumayan gaji perbulannya, kemudian jualan gorengan, serta mengajar atau les privat anak SD.
“Uang itu saya kumpulkan dan alhasil terbelilah HP Android dari jerih payah cari uang plus dibantu orang tua 1/3 dari harga tersebut,” beber pemilik IPK 3,60 tersebut.
Bagi perempuan yang memilii hobi entrepreneurship ini, bisnis PAYTREN menjadi bagian dari jalan usahanya.
“Awalnya saya nggak ada niatan untuk punya HP Android, karena apa saya pikir kalo saya pakai HP tersebut otomatis pengeluaran bertambah untuk beli pulsa internet dan paling paling HP itu hanya untuk sosmed gak jelas alias alay-alayan karena dasarnya saya alay, jadi saya urungkan niat untuk beli,” tukas perempuan yang memilii cita-cita memiliki kantor agensi PAYTREN di Kabupaten Blora tersebut.
Berhubung saya terpancing dengan adanya PAYTREN, lanjut dia, dan akhirnya saya putuskan untuk membeli HP tepat tanggal 19 Mei 2015 dan tepat tanggal 21 Mei 2015 saya mendaftar sebagai Mitra Pebisnis PAYTREN,” beber dara yang memiliki motto hidup berani karena benar takut karena salah tersebut.
Modal awal, menurut alumnus SDN 01 Randulawang Blora 2002-2008 tersebut, sebesar 350.000 untuk biaya pendaftaran Mitra Pebisnis PAYTREN.
“Saya hanya berpikir ketika saya daftar saya mau pake aplikasinya buat jual pulsa dan tiket kereta, karena apa? Di setiap harinya saya memang jualan pulsa dan saya konsumen kereta api, selain itu setiap transaksi di PAYTREN sudah otomatis sedekah jadi saya nggak pikir panjang untuk daftar,” imbuh lulusan SMPN 01 Randublatung Blora 2008-2011 tersebut.
Bagi alumnus SMAN 01 Randublatung Blora ini, pada awal saat dirinya daftar PAYTREN, sama sekali tidakk mengerti sistemnya.
“Awalnya saya tidak tahu kayak apa gimana isi deposit, saya bisa apa, sama sekali gak ngerti. Ternyata setelah saya baca, marketing plan dari PAYTREN merupakan usaha dengan sistem networking atau jaringan ya bias dibilang MLM,” ujar mahasiswi Universitas Diponegoro angkatan 2014 tersebut.
Seketika saya saya pikir, kata dia, waduh kudu cari member nih daftarin orang nih. “Itu yang terlintas di awal dan setelah saya konfirmasi memang bener MLM tapi tidak ada target cari member. Jadi bener-bener kita jual itu aplikasi karena memang produk dari PT Veritra Sentosa Internasional adalah aplikasi PAYTREN,” jelas perempuan yang memiliki keahlian merajut, menjahit dan memasak tersebut.
Berhubung saya hobi banget dengan FB, lanjut Naning, ya mulai lah saya promosi tetang PAYTREN. Banyak banget tanggapan dari mereka yang bener-bener awam soal PAYTREN, mulai dari pobia MLM, takut ketipu dan masih banyak lainnya.
“Saya berprinsip dalam usaha saya karena saya juga jual jasa bayar bukan hanya jual aplikasi ya saya putuskan, kalau ada yang berminat memakai aplikasi ini maka saya bantu dari awal pendaftaran sampai mereka bisa menjual aplikasi ini dan mendaftarkan mitra baru kembali,” ungkap aktivis Rohis Fakultas KM An-Nahl Undip tersebut.
Alhasil, lanjut Naning, datanglah mereka yang memang tanpa ada paksaan dari saya mau untuk saya bimbing dan berkembang lah mereka. Mulai dari situ, kata dia, saya senang dengan sistem jaringan yang memang bener-bener ngebimbing bukan kejar target seperti MLM lainnya.
“Secara hukum PAYTREN sudah terdaftar dalam APLI dan OJK sudah mengakuinya,” tandas perempuan yang aktif di Racana Diponegoro tersebut.
Inti dari setiap usaha, kata Naning, adalah ada tekad untuk berwirausaha atau berbisnis, yakin bahwa kita bisa sukses, dan konsisten pada tekad awal kita membangun usaha.
“Untuk modal PAYTREN merupakan modal usaha yang ringan bagi saya karena dengan RP.340.000. Itu kita dapat lebih dari apaya yang kita kira, bukan hanya materi tapi amalan kita juga jalan terus dengan transaksi mengunakan PAYTREN. 100% keuntungan dari perusahaan di kelola PPA Darul Qur’an dan dialokasikan untuk amal, berupa pembangunan jembatan, insfratruktur desa dan yang lainnya,” jelas perempuan asal Bumi Samin tersebut.
Pokoknya, tegas dia, konsisten yes atas apa yang sudah dimulai. “PAYTREN bukan hanya pulsa, tapi PAYTREN adalah gerbang dari segala transaksi. Amin,” pungkas dia. (Red-HJ12/Foto: SK/Harian Jateng
0 komentar:
Post a Comment