Tau bedanya pengusaha dan karyawan ? Mari ini penjelasannya :
Menjadi karyawan, artinya kamu bekerja keras untuk keuntungan orang lain. Apa yang kamu kerjakan sehari-hari semata-mata atas instruksi atasan. Meskipun lingkup pekerjaan memberimu ruang yang luas untuk mengembangkan ide, tetap saja jalannya perusahaan bukan kamu yang menentukan.
Berbeda dengan menjadi pengusaha. Meskipun hanya pengusaha kecil-kecilan yang berkantor dari rumah, kamu punya kuasa mutlak untuk menentukan arahnya. Kamu menjadi bos untuk dirimu sendiri, dan kesuksesanmu berdiri di atas kaki sendiri.
Apakah kamu calon pengusaha yang mandiri, ataukah kamu akan menjadi karyawan seumur hidupmu, bisa dilihat dari kondisimu saat ini. Mau tahu? Yuk!
1. Mental pengusaha menjalani hari sebagai kesempatan belajar untuk masa depan, sementara mental karyawan menjalani hari sebagai rutinitas saja
Menjadi pengusaha tentu ada ilmunya. Mulai dari manajemen yang baik sampai problem solving dari segala masalah yang mungkin terjadi. Karena itu, menjadi pengusaha juga tidak bisa instan, ada tahapan-tahapan yang ditempuh, termasuk bekerja untuk orang lain dahulu. Bagi seorang calon pengusaha, dalam setiap hari yang dilalui selalu ada ilmu baru yang didapat. Ilmu tersebut kemudian diterapkan sebagai jalan meniti masa depan. Sementara untuk calon karyawan selamanya, setiap hari dilalui semata-mata rutinitas saja. Pergi pagi, pulang malam, dibayar di akhir bulan, adalah siklus yang dijalani sehari-hari.
2. Target jangka panjang jadi fokus seorang calon pengusaha, sementara kamu yang akan jadi karyawan selamanya hanya berkutat di target jangka pendek saja
Bagi seorang calon karyawan selamanya, target yang diharapkan semata-mata gajian tepat di akhir bulan. Penghasilan yang didapat kemudian dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang terpenting adalah kebutuhan sudah terpenuhi, dan bila ada uang lebih bisa digunakan untuk bersenang-senang. Sementara untuk seorang calon pengusaha, target yang dipatok adalah jangka panjang. Apa yang ingin diraih bukan semata-mata gaji bulanan, tapi mimpi untuk punya perusahaan sendiri di masa depan. Karena itu, menabung dan investasi sana-sini sudah menjadi makanan sehari-hari.
3. Seorang yang bermental pengusaha punya ide kreatif dan berani mengatakannya. Sementara si mental karyawan mengiyakan semua perintah atasan sekadar cari aman
Soal ide, mungkin semua orang punya. Yang tidak dipunyai setiap orang adalah keberanian untuk mengungkapkannya, karena bukan hanya ditentang, ide juga bisa dihujat dengan kejam. Bagi seorang calon pengusaha, berpikir kritis sudah menjadi keseharian. Tidak jarang pendapatnya bertentangan dengan atasan. Jiwanya selalu tergelitik untuk mengoreksi dan melakukan perbaikan sana-sini.
Sementara bagi calon karyawan selamanya yang cenderung mencari aman, merek tidak pernah menganggap penting sebuah ide. Yang terpenting adalah request dari atasan terlaksana dengan sempurna. Masalah berhasil atau tidak, toh dia hanya menjalankan perintah.
4. Mental pengusaha tidak takut untuk mengambil risiko, sementara mental karyawan hanya ingin berada di zona nyaman
Dalam dunia usaha, terkadang untung dan rugi tidak dapat diprediksi dengan pasti. Jatuh bangunnya usaha bisa terjadi kapan saja. Bagi seorang calon pengusaha, risiko bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Dia tahu bahwa setiap keputusan ada konsekuensi yang mengikuti. Dia juga tahu bahwa untuk mencapai kesuksesan, bermain dengan risiko harus dilakukan. Berbeda dengan kamu yang puas menjadi karyawan saja. Zona nyaman di kursi yang kamu tempati sekarang, membuatmu enggan keluar dan mencoba berbagai peluang. Toh, semua kebutuhan sudah terpenuhi.
5. Ketika ada masalah, mental pengusaha berusaha menemukan solusinya. Sementara mental karyawan mencari kambing hitam untuk menutupi kesalahannya
Perbedaan antara calon pengusaha dan calon karyawan selamanya juga terlihat dari caramu menghadapi masalah. Seorang calon pengusaha sejati, jiwa analisisnya sudah terasah sejak dini. Ketika ada masalah, dia cenderung akan mencari akar permasalahan dan solusi yang tepat sehingga permasalahan yang sama tidak akan terulang. Sementara bagi calon karyawan selamanya, daripada mencari solusi, dia lebih suka mencari kambing hitam untuk menutupi kesalahan. Mulai dari orang lain sampai keadaan tidak luput dipersalahkan untuk menghindari tanggung jawab.
6. Seorang bermental karyawan cukup puas dengan jabatan bergengsi dan gaji tinggi, sementara calon pengusaha selalu berpikir karier saat ini hanya batu loncatan saja
Bagi seorang calon karyawan selamanya, cita-cita yang ingin diraih tentu saja sebuah posisi yang bagus di perusahaan. Ini tentunya diikuti oleh penghasilan yang besar. Uang yang banyak dan harga diri yang disegani sudah cukup membuatnya puas. Tapi tidak begitu dengan seorang calon pengusaha. Sebagus apapun posisi yang telah dicapai saat ini, dan setinggi apapun pernghasilan yang dipunyai, tetap saja banyak mimpinya yang masih harus dikejar. Yang ada saat ini hanyalah batu loncatan, sekadar tempat mampir untuk belajar banyak hal. Nanti ke depan, dia akan membuat perusahaannya sendiri.
7. Calon pengusaha tahu kesuksesan memerlukan pengorbanan yang berdarah-darah, sementara karyawan biasa ingin tahu bagaimana caranya cepat sukses tanpa usaha keras
Bila ditanya, sukses tentu menjadi tujuan semua orang yang hidup di dunia ini. Tetapi bagaimana cara meraih kesuksesan itu, setiap orang memiliki pandangan yang berbeda. Bagi seorang karyawan biasa, sukses yang diinginkan tentu yang bisa diraih dengan cara-cara instan. Tidak perlu kerja keras, tidak perlu ngoyo, dan tidak pernah gagal. Sementara bagi seorang calon pengusaha, mereka paham betul bahwa sebuah kesuksesan butuh perjuangan.
Ada hari-hari yang dilalui dengan gelisah dan malam-malam yang dilalui tanpa tidur meski sekejap. Kegagalan adalah hal biasa. Jatuh sekali, ya bangkit lagi.
Untuk kamu yang senangnya main aman, lebih cocok untuk menjadi karyawan. Risikonya lebih kecil, sementara posisi tinggi dan penghasilan besar tetap bisa kamu dapatkan. Sementara kamu yang senang tantangan, dan tidak suka diperintah-perintah orang lain, menjadi pengusaha tentu lebih cocok untukmu. Ruang yang luas untuk berkreasi dan keberanian untuk menghadapi segala risiko yang tidak pasti, adalah modal usahamu saat ini.
Kalau kamu, cocok jadi karyawan apa pengusaha?
udah segitu aja dulu kalau berkenan mohon cendol nya atau rate la gitu.
Tolong dipahami mungkin bisa merubah cara pandang agan / wati sekalian .
Terimakasih
0 komentar:
Post a Comment