PayTren bukan money game. Gabung sekarang sebelum terlambat. Ga usah maki2, mencibir, do your best aja. Fee buat saya itu, yang saya bikin berjenjang.
Saya mah ga terlalu rela bisnis payment dikuasai segelintir orang aja atau segelintir perusahaan.
Dari arah grogol, ke arah semanggi, ada bilboard gede banget, iklan dari 1 perusahaan ritel. Yang outletnya di atas 7rb-an.
Mereka bukan lagi ngiklanin produk2 outletnya. Sama sekali engga. Yg diiklanin adalah mereka siap nerima pembayaran apapun dari kita.
Dulu 2 brand yang outletnya mencapai 14rb-an, "malu2" menyatakan nerima pembayaran apapun. Hanya ditempel kertas saja di depan pintu mereka.
Sekarang malah saya sempat liat mereka pasang iklan rutin, saban hari di koran besar, koran nasional, iklan yang dah ga malu2 lagi.
Apa yang diiklanin? Ya itu, mereka siap jadi tempat pembayaran listrik, pulsa, air, tiket kereta, bus, pesawat, dll.
Dapat apa mereka? Koq mau ngurus pembayaran2 kawan2? Dapat fee.
Nah, saya juga urus ini. Outlet saya, adalah sodara/i semua. Ga usah marah. Harusnya seneng. Ada orang yang paham bisnis ini, malah membagi kesempatan.
Dulu orang beli pulsa ke outlet pulsa, yang untung hanya perusahaan pulsa dan outlet. Sekarang, yang beli pun untung. Ada cashback.
Lebih baik pelajari dulu, baru ambil kesimpulan. Jangan nyamain dengan money game, apalagi MLM tipu2. Jangan kelewatan ah jadi orang. Ga baik.
Di PayTren, kalo pun ga nyari member, pake aja sendiri. Wong jualan loket token PLN, pulsa, dan pembayaran2. +jualan habbats+propolis.
Nyari member, gabung di PayTren, ibarat buka loket2 di banyak tempat. Hanya tidak berbentuk fisik. Bentuknya software. Cukup pake gadget aja.
Mahasiswa mau jual pulsa di kampus, dulu ya harus sewa kios, pasang meja, dll. Sekarang ga perlu. Pake gadget di tangan saja.
Dia dah buka di kampus dia, mau buka di kampus lain, sewa lagi, pasang meja lagi. Dengan PayTren, ga usah. Ajak gabung aja kawan di kampus lain.
Liat iklan bank2. Banyak yang tidak lagi mengiklankan nyari nasabah/tambah saldo. Tapi tingkatkan transaksi Anda.
Selain industri ritel, dunia perbankan pun mendorong sodara/i semua melakukan transaksi di bank mereka. Lah, emang ga nyium peluang?
Kalo saya, nyium banget. Koq mereka mau ya jadi loket pembayaran? Koq mereka ngejar transaksi2 pembayaran listrik, pulsa, dll?
Itu tanda pasti ada bisnis super besar di balik bisnis transaksi2 pembayaran. Masa rela mereka doangan? Apalagi per tahun, 350T.
Masa ga mau ikutan PayTren? Fee mereka ya buat mereka sendiri, dengan jaringannya. Kalo saya, saya bagi buat yang mau jadi jaringan saya.
Saya mikirnya Merah Putih aja. Bagi saya, MLM ga harus selalu negatif. Yang negatif, yang tipu2. Yang ga jelas.
Saya kebanyakan gerakannya ya? Kebanyakan aktifitasnya? Kayaknya ga. Bisa jadi kawan2 yang kebanyakan diemnya. Ga mikir2, ga gerak2. *kali loh ya.
Saya mikir terus, gerak terus. Sebentar lagi masuk di industri travel dan asuransi. Pelan2 semua dibesarkan. Besarnya? bareng dengan sodara/i semua.
Saya ga pengen besar sendiri. Pengennya ngajak yang lain. Jadi kata siapa MLM itu identik dengan money game? Pelajari dulu, dan malah gabung aja.
Coba ya, 1 bank bisa ngejanjiin ngasih range rover, mercy, trip keluar negeri, dll. Bagi siapa? Bagi mereka yang mau transaksinya pake mereka.
Bahkan ada 1 bank besar, yang nancepin dirinya di iPhone. Keren. Tapi kitanya ga keren. Giliran ada anak bangsa yang berbagi, dicurigain terus.
Kenapa mereka bisa ngejanjiin hadiah gede2 begitu? Sebab emang gede. 1 PPOB konvensional aja, punya kawan saya, setor ke 1 bank, 1T/tahun.
Sampe kapan bisnis ini bisnis itu, setoran kita selalu ke segelintir orang. Bangun dong ah. Mikir. Gerak. Open mata, open telinga. OpenMind.
Distribusi buku, dikuasai siapa? Kawan2 tau sendiri. Fee nya buat siapa? Buat mereka lah. Bahkan ketika kawan2 mereferensikan, dapat ga? Engga.
Jangan kan ngereferensiin, sampe nemenin ke toko buku pun, ga bakalan dapat fee apa2. Itulah penjualan konvensional. Tapi di MLM engga gitu.
Terhadap MLM tepu2, saya 1 suara. Hindari. Tapi terhadap PayTren, PayTren the best MLM saat ini. Normal, wajar, ga ada transaksi yang di-up, dan peluang bareng2.
Kalo buku di MLM-in, maka fee buat toko buku yang sampe 50% dari harga buku+biaya distribusi, itu yang dibagi ke member2.
Hadiah2 range rover, mobil2 lain, rumah, trip ke LN, kalo di PayTren, jadi reward. Ini bukan sama. Ini hebat. Fee saya, dibagi ke banyak orang.
Bisa ga sih saya buka loket2 konvensional, di seluruh kota? Melayani pembayaran2 listrik, pulsa, dan pembayaran2 lain? Bisa banget. Tapi saya ga begini.
Saya ga mau kaya sendirian. Sama ketika saya bangun hotel. Kalo saya minjem ke bank, ya saya doang yang jadi pengusaha. Penabung tetap penabung.
Saya muncul di saat yang tepat sebenarnya. Tepat pas kawan2 curigaan, he he he. Ga ya? Tepat di saat banyak yang rindu ada yang berdiri ga egois.
Fee referensi itu harus ada. Bayangkan saja membangun outlet2. Itu kan cost yang dipotong. Makanya open-mind. Pelajari yang benar.
Tapi ya saya ga maksa. Bahkan kalau pun dicaci maki, dituding begini begitu, sejarah dan waktu nanti akan membuktikan.
Jika sebagian kecil akan melihat kehancuran saya, berdoa melalui keyakinannya yang jelek, saya yakin sebagiannya lagi ga begitu.
Kayak yang ikut PU dulu. Mereka kelak akan benar2 menikmati Patungannya. Sekarang emang masih terus disempurnakan sesuai dengan keinginan OJK.
Tapi sekali jalan benar, sesuai regulasi, saya akan membuktikan bahwa konglomerasinya, bukan pribadi. Tapi konglomerasi masyarakat. You will see.
Tetap harus hati2 sama MLM. Itu wajar. Bahkan kudu. Tapi sekali lagi, PayTren itu beda. Learn it, 'n gabung it, he he he.
Bagi yang menganggap tweet ini jadi tweet bisnis, agaknya perlu mengenal saya lebih jauh. Saya dah bilang, kalo emang mau bisnis, konvensional aja.
Saya jadi bank saja, jadi outlet2 ritel saja, jadi pengusaha saja. Ini ga begitu. Beda. Banget2 beda.
Tweet dakwah, banyak juga koq. Bacanya aja yang rajin. Semalam aja ga ada sama sekali tweet bisnis. Tweet pintu. Pengalaman pribadi saya.
Harusnya nyaman. Tweetnya bukan tweet ngomongin orang. Tweet ngomongin bisnis. Ga suka pun ga dosa. Tapi kalo tweet ghibah? Dosa udah kepo.
Saya ga ngejelekin brand orang loh ya. Saya ngasih contoh. Saya ga sebut koq brandnya. Ngajar cara berpikir.
Outlet2 ritel hadir untuk membantu UKM. Nyatanya? Masih perlu dipertanyakan. Wong di antara mereka akhirnya bikin brand produk sendiri koq.
Ayo lah. Negeri ini dah kebanyakan dinikmati segelintir orang. Kita ga isengin orang. Hanya, ya jangan semua dong. Bangun, mikir, gerak.
Mau gabung PayTren? Klik www.paytren.co.id Selamat bergabung ya. Welcome 'n join us.
Keagresifan pebisnis ritel dan perbankan, kudu diapresiasi dan ditiru. Betapapun, itu adalah pengajaran riil dari "how to nangkep opportunities".
Kitanya aja yang jangan jadi the looser. Ngiri doang tanpa berbuat. Toh industri ritel yang 2 brand itu dah 14rb outlet, sisi baiknya: lap pekerjaan.
Dunia perbankan pun sisi positifnya, menawarkan kemudahan, dan kenyamanan. Maka, fastabiqul khairat lah. Berlomba2 dalam kebaikan.
Dikutip dari kultwit Ust. Yusuf Mansur (28/09/2013)
SEGERA PASANG POSISI
HP/WHATSAPP: 085736673456
PIN BBM: 25C64A43
0 komentar:
Post a Comment